Friday, 23 August 2013

BAJUBI DI NUSA UTARA INDONESIA

oleh : Hastuti (Mahasiswa Kelautan Angkatan 2010)


Dari Miangas ke Pulau Rote..
Isitlah itu pasti sering kita dengar. Di Belahan Utara Indonesia, ada Kepulauan Sangihe dan Talaud yang sekarang digagas untuk menjadi provinsi baru yaitu Provinsi Nusa Utara. Salah satu pulau terdepan yang berbatasan dengan Philipnia dari kepulauan ini yaitu Pulau Miangas, ternyata menyimpan banyak keunikan-keunikan yang mungkin belum pernah kita dengar.

Kalau di Makassar ada penyelam teripang, di Miangas pun ada. Bedanya, di Pulau Miangas dikenal dengan Bajubi. Disebut bajubi karena bahasa Miangas tembak adalah jubi. Jadi, kalau menangkap ikan dengan menggunakan jubi maka disebut bajubi.

Bajubi di Pulau Miangas dilakukan dengan dua cara yaitu menggunakan kompresor dan tanpa kompresor. Kompresor yang digunakan sama dengan kompresor yang biasa dipakai di bengkel.  Sebelum digunakan, kompresor dicuci dengan sprite kemudian diberi pelumas dari boka (minyak kelapa). Minyak kelapa ini merupakan pengganti oli karena minyak kelapa lebih kurang pengaruhnya dalam tubuh dibandingkan dengan oli.

Alat lain yang digunakan dalam bajubi yaitu tembak(jubi), masker/kacamata renang, fins, dan senter. Jubi di Pulau Miangas sama dengan tembak ikan pada umumnya, hanya saja jubi dibuat sendiri menggunakan kayu. Masker yang digunakan juga sama dengan masker menyelam dan kacamata renang dibuat sendiri dari kayu. Fins (kaki katak) yang digunakan untuk bajubi di P. Miangas berbeda dengan fins yang biasa kita lihat, bisa dikatakan fins di Pulau  Miangas “Unik” (gambar 1 sebelah kanan). Fins yang digunakan terbuat dari tripleks dan pengait kakinya terbuat dari ban bekas. Tapi jangan salah, kedalaman 15meter dapat dicapai hanya dengan empat kali kayuhan. Senter yang digunakan juga sama dengan senter biasanya.
Pak Piter (kiri) memegang jubi, Pak Kamorahan Hama (tengah) memegang jubi dan senter, saya (kanan) memegang fins
            Bajubi dengan menggunakan kompresor biasanya dilakukan minimal empat orang. Dua orang menunggu di perahu, salah satunya memegang selang dan dua orang yang menyelam. Selang tersebut sebagai pengganti regulator dan orang yang menyelam tidak menggunakan mouthfis tetapi menggigit selang tersebut.

            Teknik yang digunakan dalam bajubi saat menyelam yaitu turun secara vertikal dan setiap kedalaman lima meter berhenti kemudian merayap beberapa meter kemudian turun lagi lima meter dan merayap, begitu seterusnya. Teknik ini digunakan untuk melakukan adaptasi tubuh dan equalisasi. Untuk menghindari efek-efek dari menyelam, setelah bajubi biasanya langsung mendekati api.

            Lokasi bajubi di Pulau Miangas berlawanan dengan arah mata angin. Jika arah mata angin dari selatan maka bajubi dilakukan di bagian utara pulau, begitupun sebaliknya. Hasil tangkapan dari bajubi ini berupa ikan, lobster, dan biasa juga menangkap teripang.
Bapak Kamorahan Hama (kanan) dan Bapak Piter(kiri)
Bajubi di Pulau Miangas sudah dilakukan selama bertahun-tahun. Bapak Kamorahan Hama (kanan) adalah ahli bajubi di Pulau Miangas. Bajubi sudah dilakukannya selama lebih dari sepuluh tahun. Selain di Miangas, Pak Kamorahan pernah melakukan bajubi di Kota Bitung (Sulut) selama lima tahun.

Bapak yang biasa disapa Papa Hama ini mampu menyelam tanpa tabung hingga kedalaman 15meter selama lima menit dan pernah menyelam dengan kedalaman 100meter di Selat Lembe (perairaan antara Bitung dan Pulau Lembe) menggunakan kompresor. Saat itu, Papa Hama bersama temannya menyelam untuk melepas jangkar kapal. Tetapi, kompresor yang digunakan pecah sebanyak dua kali dan selang yang digunakan putus. Malangnya, teman Papa Hama meninggal karena pembuluh darahnya pecah dan telinga keluar darah. Papa Hama sendiri mengalami dekompresi tetapi bisa diselamatkan karena diturunkan kembali pada kedalaman yang sama.

Selama bertahun-tahun menyelam, Papa Hama belum pernah masuk chamber, malah mendengar istilah chamber belum pernah. Kondisi fisik Papa Hama sendiri gendang telinga sudah pecah dan hidungnya pun begitu.

         Bajubi di Pulau Miangas memang sudah menjadi salah satu mata pencaharian dan orang-orang yang melakukan bajubi sangat ahli. Dibandingkan dengan penyelam teripang di Makassar yang sudah banyak kasus lumpuh akibat menyelam, sampai saat ini di Pulau Miangas belum ada ditemukan kasus lumpuh akibat bajubi.

1 comments :

Post a Comment