oleh : Hastuti (Mahasiswa Kelautan Angkatan 2010)
Dari
Miangas ke Pulau Rote..
Isitlah
itu pasti sering kita dengar. Di Belahan Utara Indonesia, ada Kepulauan Sangihe
dan Talaud yang sekarang digagas untuk menjadi provinsi baru yaitu Provinsi
Nusa Utara. Salah satu pulau terdepan yang berbatasan dengan Philipnia dari
kepulauan ini yaitu Pulau Miangas, ternyata menyimpan banyak keunikan-keunikan
yang mungkin belum pernah kita dengar.
Kalau
di Makassar ada penyelam teripang, di Miangas pun ada. Bedanya, di Pulau
Miangas dikenal dengan Bajubi. Disebut bajubi karena bahasa Miangas tembak
adalah jubi. Jadi, kalau menangkap ikan dengan menggunakan jubi maka disebut
bajubi.
Bajubi
di Pulau Miangas dilakukan dengan dua cara yaitu menggunakan kompresor dan
tanpa kompresor. Kompresor yang digunakan sama dengan kompresor yang biasa
dipakai di bengkel. Sebelum digunakan,
kompresor dicuci dengan sprite kemudian diberi pelumas dari boka (minyak kelapa).
Minyak kelapa ini merupakan pengganti oli karena minyak kelapa lebih kurang
pengaruhnya dalam tubuh dibandingkan dengan oli.
Alat
lain yang digunakan dalam bajubi yaitu tembak(jubi), masker/kacamata renang, fins,
dan senter. Jubi di Pulau Miangas sama dengan tembak ikan pada umumnya, hanya
saja jubi dibuat sendiri menggunakan kayu. Masker yang digunakan juga sama
dengan masker menyelam dan kacamata renang dibuat sendiri dari kayu. Fins (kaki
katak) yang digunakan untuk bajubi di P. Miangas berbeda dengan fins yang biasa
kita lihat, bisa dikatakan fins di Pulau
Miangas “Unik” (gambar 1 sebelah kanan). Fins yang digunakan terbuat
dari tripleks dan pengait kakinya terbuat dari ban bekas. Tapi jangan salah,
kedalaman 15meter dapat dicapai hanya dengan empat kali kayuhan. Senter yang
digunakan juga sama dengan senter biasanya.
Pak
Piter (kiri) memegang jubi, Pak Kamorahan Hama (tengah) memegang jubi dan
senter, saya (kanan) memegang fins
Bajubi dengan menggunakan kompresor
biasanya dilakukan minimal empat orang. Dua orang menunggu di perahu, salah
satunya memegang selang dan dua orang yang menyelam. Selang tersebut sebagai
pengganti regulator dan orang yang menyelam tidak menggunakan mouthfis tetapi
menggigit selang tersebut.
Teknik yang digunakan dalam bajubi
saat menyelam yaitu turun secara vertikal dan setiap kedalaman lima meter
berhenti kemudian merayap beberapa meter kemudian turun lagi lima meter dan
merayap, begitu seterusnya. Teknik ini digunakan untuk melakukan adaptasi tubuh
dan equalisasi. Untuk menghindari efek-efek dari menyelam, setelah bajubi
biasanya langsung mendekati api.
Lokasi bajubi di Pulau Miangas
berlawanan dengan arah mata angin. Jika arah mata angin dari selatan maka
bajubi dilakukan di bagian utara pulau, begitupun sebaliknya. Hasil tangkapan
dari bajubi ini berupa ikan, lobster, dan biasa juga menangkap teripang.
Bapak Kamorahan Hama
(kanan) dan Bapak Piter(kiri)
Bajubi
di Pulau Miangas sudah dilakukan selama bertahun-tahun. Bapak Kamorahan Hama
(kanan) adalah ahli bajubi di Pulau Miangas. Bajubi sudah dilakukannya selama
lebih dari sepuluh tahun. Selain di Miangas, Pak Kamorahan pernah melakukan
bajubi di Kota Bitung (Sulut) selama lima tahun.
Bapak
yang biasa disapa Papa Hama ini mampu menyelam tanpa tabung hingga kedalaman
15meter selama lima menit dan pernah menyelam dengan kedalaman 100meter di
Selat Lembe (perairaan antara Bitung dan Pulau Lembe) menggunakan kompresor.
Saat itu, Papa Hama bersama temannya menyelam untuk melepas jangkar kapal. Tetapi,
kompresor yang digunakan pecah sebanyak dua kali dan selang yang digunakan
putus. Malangnya, teman Papa Hama meninggal karena pembuluh darahnya pecah dan
telinga keluar darah. Papa Hama sendiri mengalami dekompresi tetapi bisa diselamatkan
karena diturunkan kembali pada kedalaman yang sama.
Selama
bertahun-tahun menyelam, Papa Hama belum pernah masuk chamber, malah mendengar
istilah chamber belum pernah. Kondisi fisik Papa Hama sendiri gendang telinga
sudah pecah dan hidungnya pun begitu.
Bajubi
di Pulau Miangas memang sudah menjadi salah satu mata pencaharian dan
orang-orang yang melakukan bajubi sangat ahli. Dibandingkan dengan penyelam
teripang di Makassar yang sudah banyak kasus lumpuh akibat menyelam, sampai
saat ini di Pulau Miangas belum ada ditemukan kasus lumpuh akibat bajubi.
1 comments :
nice report . . ^^b
Post a Comment