Wednesday, 9 October 2013

Senat dan angka 22


Angka itu sering terselip di antara kata Ombak, Kla atau bahkan Kelautan. Mulanya saya tak ambil pusing, namun seiring berjalannya waktu dan dinamika di tubuh Kema Kelautan, kebenaran itu pun datang. Status Kema (keluarga mahasiswa) sungguh menjadi hal yang sakral, itu kata senior-seniorku terdahulu. Tak hanya di Kelautan, bahkan di semua Jurusan/Fakultas di Unhas. Proses menuju ke sana pun didekorasi sedemikian rupa. Bak ekstrakurikuler, mahasiswa baru pun mesti berbagi waktu kuliah atau meninggalkannya sama sekali.

Di sela diskusi sore nan melelahkan atau bahkan pada acara pengenalan lembaga, makna angka tersebut akhirnya terungkap. Di benak beberapa kawan senasib, sepenanggungan & seangkatan mungkin menjadi sebuah pemuas dahaga akan tanya selama ini. Walau ada juga yang tak pernah pusing & hanya berpikir kapan saya akan pulang ke kost. Menceritakan sebuah sejarah memang mengasikkan, apalagi ke pada mahasiswa baru. Dengan semangat 45, para senior seakan tahu cara menyampaikannya. Dulu kami begini, dulu kami begitu, ujarnya sambil berapi-api. Saat itu sekitar tahun 2009-2010.

5 Oktober 2013 menjadi tonggak permainan angka tersebut. SEMA Kelautan UH yang lahir pada 5 Oktober 1991 ber-22 tahun pada Sabtu kemarin. Sungguh sebuah hal yang sangat membanggakan ketika menjadi saksi hidup peringatan tersebut, apalagi mendapatkan pengantar jauh sebelumnya (3-4 tahun lalu). Lalu ada apa dengan angka 22 tersebut.

Jurusan, bahkan ada yang mengatakan Prodi Ilmu & teknologi Kelautan mendapat “nomor punggung” 22 oleh pihak kampus. Dalam hal ini menjadi yang ke-22 dalam hal pembentukannya. Bahkan identitas itu tertuang dalam nomor induk mahasiswa kelautan. Walau sekarang telah menggunakan kode huruf “L” di depan angka. Mesti begitu, penghargaan akan dua angka tersebut masih ada & insya Allah akan tetap ada. Coba saja rasakan satu setnya anak kelautan. Set atau hukuman berupa push up selalu berkelipatan 22. Kan lumayan kalau dapat 5 set sekaligus.

Di umur yang telah memasuki kategori dewasa ini, goncangan ombak masih tetap ada seperti dahulu kala.  Kepentingan demi kepentingan dari luar bahkan oknum internal sendiri seakan tak malu lagi menunjukkan boroknya. Pertarungan jabatan hingga sentimen pribadi nan menjijikkan tetap jadi santapan yang tersaji hampir tiap hari. Dan sampai sekarang saya sendiri masih bingung mengapa ada orang/kelompok atau institusi yang selalu sakit gigi terhadap eksistensi & esensi kami. Biarlah kami tetap berprinsip bahwa dari, oleh dan untuk mahasiswa, itulah lembaga kemahasiswaan.

Ink


0 comments :

Post a Comment