Angka itu sering terselip di antara kata Ombak, Kla atau bahkan Kelautan. Mulanya saya tak ambil pusing, namun seiring berjalannya waktu dan dinamika di tubuh Kema Kelautan, kebenaran itu pun datang. Status Kema (keluarga mahasiswa) sungguh menjadi hal yang sakral, itu kata senior-seniorku terdahulu. Tak hanya di Kelautan, bahkan di semua Jurusan/Fakultas di Unhas. Proses menuju ke sana pun didekorasi sedemikian rupa. Bak ekstrakurikuler, mahasiswa baru pun mesti berbagi waktu kuliah atau meninggalkannya sama sekali.
Di sela diskusi sore nan
melelahkan atau bahkan pada acara pengenalan lembaga, makna angka tersebut
akhirnya terungkap. Di benak beberapa kawan senasib, sepenanggungan &
seangkatan mungkin menjadi sebuah pemuas dahaga akan tanya selama ini. Walau
ada juga yang tak pernah pusing & hanya berpikir kapan saya akan pulang ke
kost. Menceritakan sebuah sejarah memang mengasikkan, apalagi ke pada mahasiswa
baru. Dengan semangat 45, para senior seakan tahu cara menyampaikannya. Dulu
kami begini, dulu kami begitu, ujarnya sambil berapi-api. Saat itu sekitar
tahun 2009-2010.
5 Oktober 2013 menjadi tonggak
permainan angka tersebut. SEMA Kelautan UH yang lahir pada 5 Oktober 1991
ber-22 tahun pada Sabtu kemarin. Sungguh sebuah hal yang sangat membanggakan
ketika menjadi saksi hidup peringatan tersebut, apalagi mendapatkan pengantar
jauh sebelumnya (3-4 tahun lalu). Lalu ada apa dengan angka 22 tersebut.
Jurusan, bahkan ada yang
mengatakan Prodi Ilmu & teknologi Kelautan mendapat “nomor punggung” 22
oleh pihak kampus. Dalam hal ini menjadi yang ke-22 dalam hal pembentukannya. Bahkan
identitas itu tertuang dalam nomor induk mahasiswa kelautan. Walau sekarang
telah menggunakan kode huruf “L” di depan angka. Mesti begitu, penghargaan akan
dua angka tersebut masih ada & insya Allah akan tetap ada. Coba saja
rasakan satu setnya anak kelautan. Set atau hukuman berupa push up selalu
berkelipatan 22. Kan lumayan kalau dapat 5 set sekaligus.
Di umur yang telah memasuki
kategori dewasa ini, goncangan ombak masih tetap ada seperti dahulu kala. Kepentingan demi kepentingan dari luar bahkan
oknum internal sendiri seakan tak malu lagi menunjukkan boroknya. Pertarungan jabatan
hingga sentimen pribadi nan menjijikkan tetap jadi santapan yang tersaji hampir
tiap hari. Dan sampai sekarang saya sendiri masih bingung mengapa ada
orang/kelompok atau institusi yang selalu sakit gigi terhadap eksistensi &
esensi kami. Biarlah kami tetap berprinsip bahwa dari, oleh dan untuk
mahasiswa, itulah lembaga kemahasiswaan.
Ink
0 comments :
Post a Comment