Selasa, 25 september 2012 menjadi moment penting bagi
segenap civitas akademika. Maklum saja sebuah acara yang mempertemukan
mahasiswa kelautan lintas generasi, mulai dari angkatan 1988 – 2012. Beberapa alumni
kelautan yang juga dosen seperti prof Iqbal, Dr. Nurjannah nurdin,
Dr. Muhammad Lukman, Dr. Mahatma dan masih banyak lagi. Dalam acara ini sekat gelar pendidikan pun dihilangkan, semua melebur menjadi satu, BAHARIWAN SEJATI.
Dr. Muhammad Lukman, Dr. Mahatma dan masih banyak lagi. Dalam acara ini sekat gelar pendidikan pun dihilangkan, semua melebur menjadi satu, BAHARIWAN SEJATI.
Dialog yang dipandu oleh Dr. Syafiudin yusuf atau kak Ipul (
Kla 89 ), mengangkat isu – isu hangat yang kini terjadi di kelautan Unhas. Tingkat
kemerosotan prestasi akademik mahasiswa kelautan beberapa tahun belakangan,
sama seperti kata pengantar dari kak Lucky, “kelautan sedang down”. Beberapa hal
yang dulu hanya isu ternyata telah menjadi fakta dalam forum ini. Keluhan mayoritas
mahasiswa yang hadir pada tudang sipulung ini, makin menegaskan fakta tersebut.
Mulai dari sarana kelas yang tak lagi mampu mewadahi puluhan mahasiswa hingga
tidak profesionalnya dosen dalam mentransformasikan ilmu. “dosen seenaknya
memindahkan jadwal” ujar salah satu mahasiswa, yang diamini oleh mahasiswa
lain. Bahkan yang makin memanaskan forum ialah ketika seorang mahasiswa berucap
“dosen Ilmu kelautan UH diskriminatif”. Ditambahkan pula bahwa ada oknum dosen
yang sering menyinggung masalah lembaga mahasiswa ke dalam ruang kuliah,
diskriminasi terhadap keluarga mahasiswa dengan terang – terangan dilakukan. Sebenarnya
yang menjadi akar permasalahan hingga prestasi
( red : nilai ) mahasiswa menurun adalah ada beberapa oknum dosen yang menghilangkan harmonisasi akademik dalam kampus, bukan semata – mata karena factor sarana dan prasarana.
( red : nilai ) mahasiswa menurun adalah ada beberapa oknum dosen yang menghilangkan harmonisasi akademik dalam kampus, bukan semata – mata karena factor sarana dan prasarana.
Entah sampai di mana kelak intervensi ( red : kebencian )
birokrasi terhadap lembaga kemahasiswaan di kelautan. Sampai – sampai dibuatkan
lembaga tandingan oleh Jurusan. Mengapa dikatakan Jurusan, karena :
- Pihak dekanat yang menaungi bidang kemahasiswaan ( WD III ) tak tahu menahu tentang hal tersebut. Hal ini diungkapkan langsung oleh beliau.
- Kalau ada mahasiswa yang katanya menginisiasi himpunan tersebut, sudah pasti bukan repesentatif dari seluruh atau bahkan sepersepuluh mahasiswa kelautan.
Di akhir acara yang sempat diwarnai air mata, di patenkan
lah perjuangan ini. Pertegas jiwa kelautan yang tangguh di dalam maupun di luar
kampus. Jaya di laut, buaya di darat. Ingatlah kawan, setiap masalah yang
datang adalah stimulus bagi kesehatan emosional kita.
0 comments :
Post a Comment