Saturday 9 February 2013

Kampus Sarang Pembodohan

Tahukah kalian tentang sederet bangunan yang berisi beragam fasilitas pembelajaran. Di sana ada refleksi tentang dunia yang sesungguhnya. Ada rakyat, penguasa, aparat hingga penjahat. Itu lah kampus, ada juga yang menganalogikannya sebagai miniatur Negara.
Menjadi tujuan dari beribu-ribu pemuda/i dari penjuru negeri. Sebagai kebanggaan sebagian orang tua di desa maupun kota. Begitu bangganya kalian ketika mengatakan akan ke sana terhadap mereka yang bukan mahasiswa. Tiap pagi sang petugas menyiapkan semuanya, dari membuka pintu, mengepel lantai sampai mengalirkan air. Beberapa saat kemudian datanglah kalian dengan berbagai aroma parfum. Tak terhitung pula berapa merk sepatu berbeda yang kalian kenakan. Masuk kelas, duduk dan sesekali mengutarakan pendapat akan materi yang disajikan oleh dosen. Walau inti dari semua acting kalian di dalam kelas hanyalah paraf absen. Sudahlah kawan, kita sama-sama tak perlu munafik, karena 80% kehadiran menjadi kebutuhan primer dalam kasus ini. Mengapa harus demikian,padahal kalian bukan lagi anak sekolah dasar yang mesti mendapat penjagaan dalam proses pembelajaran. Seakan-akan kalian adalah pembohong kelas kakap.

Saat jeda tiba, kantin(mace) jadi tujuan. Ada pun yang ke perpustakaan ketika ada tugas kajian tentang skripsi. Sambil makan/minum, sesekali terlontar guyonan tak berkelas dari mulut kalian yang notabene akan menyandang gelar sarjana. Jam demi jam berlalu, begitupun dengan pembodohan yang tak jauh dari tempat duduk nyaman kalian. Apakah di tengah permainan domino maupun asiknya BBMan, kalian masih peduli dengan si anu yang dipersulit pengurusan akademiknya, si itu yang dicabut beasiswanya atau pun si dia yang diskorsing.  Mengapa kalian tak pernah belajar untuk peduli. Jika kalian tak mampu belajar tentang kehidupan di kampus ini, maka pulanglah ke rumah. Karena ibu dan ayah adalah guru besar tentang kehidupan. Ingat kata Einsten, dunia ini begitu berbahaya, bukan karena orang-orangnya jahat tapi tidak peduli.

Tiap langkah kali ini adalah benih yang akan dipanen di kemudian hari. Kalau sebagian menilai mereka yang peduli sebagai gila urusan, biarkan saja. Itulah benih yang mereka tebar saat ini. Karena membiarkan pembodohan itu leboh bodoh dari pada bodoh.
Iccankla 09


0 comments :

Post a Comment